Konsep-Konsep Dasar Media Pembelajaran

MEDIA PEMBELAJARAN

Pendekatan proses belajar mengajar yang diterapkan pada kurikulum diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan mendasar dalam diri siswa agar mampu menemukan dan mengelola perolehannya. Proses komunikasi dilakukan melalui komunikasi timbal balik dan tidak semata-mata merupakan pemberian informasi searah tanpa mengembangkan gagasan, kreativitas, sikap dan nilai serta keterampilan baik secara mandiri maupun dalam kebersamaan. Penyajian bahan pembelajaran hendaknya mengikutsertakan siswa secara aktif.
Dalam rangka terciptanya suasana dan kondisi pembelajaran yang kondusif diperlukan metode, media, dan sumber belajar yang memadai dan mudah diakses oleh siswa. Oleh sebab itu peran guru harus mengikuti atau menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Apabila guru terus mendominasi proses pembelajaran, siswa akan pasif. Kalaupun siswa melakukan kegiatan, tentu atas instruksi dan perintah guru. Selain itu siswa lebih banyak mendengar ceramah yang bersifat verbal-lisan dalam proses pembelajarannya. Jika demikian, yang terjadi menurut filsuf Cina Konfucius, “saya dengar saya lupa, saya lihat saya ingat, saya lakukan saya paham.”

A. Pengertian Media Pembelajaran
Proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi yang memerlukan
media sebagai penyalur informasi. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Oleh sebab itu dalam konteks pembelajaran, media pengajaran dapat diberi pengertian media komunikasi yang digunakan dalam dunia pendidikan. Ada beberapa pendapat yang secara lebih spesifik dan teknis tentang pengertian media pengajaran.
1. Media pendidikan adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (Gagne).
2. Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya (Briggs).
3. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual serta peralatannya. Media hendaknya bisa dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca (NEA ‘National Education Association’).
4. Media adalah segala sesuatu yang dapat dimanipulasi, dipandang, didengar, ataupun dibicarakan untuk menyampaikan pesan tertentu (Semi).
5. Media pendidikan adalah sarana (prasarana) yang membantu proses pendidikan, sehingga tujuan pendidikan dapat berhasil dengan baik (Roestiyah)
6. Media pengajaran adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar (Subana).
7. Media pengajaran adalah setiap orang, materi atau peristiwa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Winkel)
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat dikemukakan pengertian media pendidikan adalah media yang digunakan dalam proses dan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan media pengajaran adalah media pendidikan yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang telah dirumuskan secara khusus. Selanjutnya dapat pula diketahui bahwa:
1. media pengajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan,
2. materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan
3. tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.

B. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran
Tujuan utama penggunaan media pembelajaran adalah agar pesan atau informasi yang dikomunikasikan dapat terserap semaksimal mngkin oleh siswa sebagai penerima informasi. Hal ini berarti penggunaan media dalam proses pembelajaran bukan tanpa alasan. Ada beberapa landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris.
Landasan filosofis. Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran menjadi kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi proses dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
Landasan psikologis. Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar maka perlu memahami makna persepsi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi secara optimal agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu: (1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.
Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinum konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Bruner menyajikan tiga tingkatan modus belajar seseorang mulai yang konkret sampai dengan yang abstrak, yaitu enaktif, iconik, dan simbolik. Raymond Deno dan James S Kinder mengemukakan kutub pengalaman yang berkaitan dengan berbagai informasi itu diperoleh melalui tiga macam pengalaman yakni (1) pengalaman nyata, (2) representasi, dan (3) simbol. Sedangkan Edgar Dale membuat jenjang besar kecilnya kemungkinan terserapnya suatu informasi dengan kerucut pengalaman dalam bentuk jenjang konkrit-abstrak. Jenjang konkrit-abstrak dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbul. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman (cone of experiment), seperti pada gambar di bawah ini.

Selain itu berdasarkan hasil penelitian dari Computer Technology Research (CTR) diketahui bahwa seseorang akan mengingat 20% dari apa yang dilihat, 30% dari yang didengar, 50% dari yang dilihat dan didengar, dan 80% dari yang dilihat, didengar dan dilakukan. Hal tersebut membuktikan bahwa pemakaian media pembelajaran yang tepat, bervariasi dan optimal akan memudahkan siswa memperoleh kompetensi yang diharapkan.
Landasan teknologis. Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem pembelajaran yang lengkap. Komponen-omponen ini termasuk pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik, dan latar.
Landasan empiris. Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.

C. Perkembangan Media Pembelajaran
Pada awalnya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dimaksud adalah alat visualisasi yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa sehingga dengan jelas menerima apa yang disampaikan oleh guru. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20 alat visual untuk mengkonkritkan materi ini dilengkapi dengan digunakannya alat audio sehingga muncul media audio visual aids (AVA). Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual sehingga media juga dipandang sebagai alat penyampai pesan atau informasi belajar. Pada tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam proses belajar mengajar yang harus mengalami, perubahan tingkah laku. Media yang dihasilkan pada masa teori behaviorisme B.F Skinner ini adalah teaching machine dan programmed instruction. Pada tahun 1965-1970 pendekatan sistem mempengaruhi dalam kegiatan pengajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pengajaran yang harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Oleh karena siswa mempunyai cara belajar yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, maka lahirlah konsep penggunaan multi media.

D. Kegunaan Media Pembelajaran
Penggunaan media pengajaran yang tepat akan mempertinggi proses belajar mengajar yang pada gilirannya akan mempengaruhi hasil belajar siswa secara optimal. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikemukakan alasan mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa yang sekaligus menunjukkan kegunaan media pengajaran. Secara umum media pengajaran mempunyai kegunaan untuk mengatasi hambatan komunikasi, keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif anak didik, dan mempersatukan pengamatan siswa. Adapun kegunaan media pengajaran secara rinci, antara lain sebagai berikut.
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga motivasi siswa tumbuh.
2. Menkonkretkan konsep yang abstrak.
3. Bahan pengajaran tidak verbalistik dan akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami.
4. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
 Memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa.
 Memperbesar benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
 Memudahkan penggambaran objek yang sangat besar yang tidak bisa dibawa ke dalam kelas.
 Memudahkan objek yang terlalu kompleks.
 Memudahkan menggambarkan benda-benda berbahaya.
5. Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
6. Memberikan pengalaman yang nyata, langsung, dan menyeluruh sehingga siswa akan lebih aktif melakukan kegiatan.
7. Mengembangkan sikap eksploratif.
8. Metode mengajar akan lebih bervariasi.
9. Memberikan kesamaan ‘uniformitas’ dalam pengamatan, persepsi, dan pengalaman.
10. Mengatasi hambatan komunikasi, keterbatsan fisik dalam kelas, sikap pasif pada siswa, dan mempersatukan pengamatan siswa.

E. Prinsip Umum Penggunaan Media Pembelajaran
Prinsip umum yang berlaku untuk segala media pendidikan adalah:
1. Tersedia atau mudah menyediakannya.
2. Sesuaikan dengan tujuan dan perilaku yang dikehendaki.
3. Tidak ada satu metode dan media yang harus dipakai dengan meniadakan yang lain.
4. Tidak ada satu mediapun yang dapat sesuai untuk semua tujuan dan segala macam kegiatan belajar.
5. Media tertentu cenderung untuk lebih tepat dipakai dalam penyajian sesuatu unit pelajaran daripada media lain.
6. Penggunaan media yang terlalu banyak sekaligus justru akan mengganggu, membingungkan dan tidak memperjelas pelajaran.
7. Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup untuk menggunakan media pengajaran.
8. Media harus merupakan bagian integral dari pelajaran.
9. Anak-anak harus dipersiapkan dan diperlakukan sebagai peserta yang aktif.
10. Hendaknya tidak menggunakan media sekadar karena guru senang, sebagai alat pemikat, selingan, hiburan, atau pengisi waktu.
11. Peranannya membantu atau menunjang dan bukan mengganti guru.
12. Pergunakan kesempatan menggunakan media yang dapat ditanggapi untuk melatih perkembangan bahasa baik secara lisan maupun tulis.

F. Ciri-ciri Media Pembelajaran yang Efektif
Gerlanch dan Ely (1980) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efisien) melakukannya, yaitu ciri fiksatif, manipulatif, dan distributif. Yang dimaksud dengan ciri fiksatif adalah kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu objek dapat disusun dan diurutkan kembali dan mudah diproduksi lagi kapan saja. Suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu diabadikan dan ditransformasikan tanpa mengenal waktu serta dapat digunakan sewaktu-waktu. Yang dimaksud dengan ciri manipulatif kemampuan media memanipulasi suatu peristiwa atau objek melalui proses pengaturan dan pengeditan. Dalam pemanfaatannya guru dapat menyajikan objek itu dengan dipercepat atau diperlambat, bisa menunjukkan hal yang penting saja. Adapun ciri distributif media adalah kemampuan media mendistribusikan suatu peristiwa atau objek melalui ruang dengan stimulus pengalaman yang relatif sama kepada siswa, dan media tersebut bisa disebarluaskan dengan mudah.
Banyak tersedia media pembelajaran yang bisa dimanfaatkan. Oleh sebab itu guru harus mampu meilih dan mengunakan media sesuai dengan kebutuhan. Media yang dipilih guru hendaknya media yang efektif. Media pengajaran yang efektif menurut Hamalik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Relevan. Artinya, media itu sesuai dengan hakikat dan materi dan tujuan yang hendak dicapai.
2. Sederhana. Artinya, media itu bukanlah sesuatu peralatan yang ruwet, tetapi peralatan yang mudah digunakan.
3. Esensial. Artinya, media itu memang menjadi suatu yang perlu untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar.
4. Menarik dan menantang. Artinya, media itu mampu memberikan variasi, penyegaran, daya tarik, dan dapat menghilangkan kebosanan.
Selanjutnya, menurut Hubbard (1983), kriteria media pembelajaran yang efektif adalah:
1. masalah biaya, biaya harus seimbang dengan hasil yang dicapai,
2. ketersediaan fasilitas pendukung,
3. kecocokan dengan ukuran kelas
4. keringkasan,
5. kemampuan untuk diubah,
6. waktu dan tenaga penyiapan,
7. pengaruh yang ditimbulkan,
8. kerumitan, dan
9. kegunaan.

G. Fungsi Media Pembelajaran
Levie dan Lentz (1982) yang dikutip oleh Arsyad, mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi adalah fungsi media menarik, mengarahkan perhatian agar siswa konsentrasi. Fungsi afektif adalah media menggugah emosi dan sikap sehingga sikap siswa seakan-akan ikut merasakan dan terlibat di dalamnya. Fungsi kognitif adalah fungsi media memperlancar memahami dan mengingat pesan sehingga mudah mencapai tujuan. Fungsi kompensatoris adalah fungsi media mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami materi yang disajikan secara verbal. Dengan kata lain, pembelajaran yang disajikan dengan teks atau verbal jika diikuti dengan visualisasi bahan pembelajaran dapat membantu siswa mudah mengingat.
Selanjutnya, menurut Kemp dan Dayton, media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu dipakai untuk perorangan dan atau kelompok, yaitu fungsi memotivasi minat dan tindakan, menyajikan informasi, dan memberi instruksi. Dengan menggunakan media, siswa akan termotivasi untuk melakukan sesuatu. Media memiliki fungsi informatif karena media dapat digunakan untuk menyajikan informasi baik melalui pengantar, latar belakang, atau ringkasan yang disajikan dalam bentuk hiburan, drama dan lain-lain.

H. Model Media Pembelajaran
Dalam pengertian teknologi instruksional, media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan salah satu komponen sistem instruksional. Pengertian media ini sering dikacaukan dengan peralatan. Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras (hardware) sendiri merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung dalam media tersebut. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan berimplikasi pada berkembangnya media yang digunakan dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Keberagaman media tersebut menunjukkan pula adanya kebe-ragaman model media pengajaran yang ada. Banyak ahli yang mencoba mengkla-sifikasi model media pengajaran sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
NO. NAMA DASAR MODEL/JENIS
1. Rudy Bretz
(1972) Stimulus yang ditangkap indera dan sumbernya -suara, visual, gerak
-media siar
-media rekam
2. Briggs
(1970) Stimulus yang dapat ditim-bulkan (kesesuaian rang-sangan dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan, dan transmisinya) -objek
-model
-suara langsung
-rekaman audio
-media cetak
-pembelajaran terprogram
-papan tulis
-media transparansi
-film rangkai
-film bingkai
-film televisi
-gambar
3. Gagne
(1965) Hierarkhi belajar -benda untuk demonstrasi
-komunikasi lisan
-media cetak
-gambar diam
-gambar gerak
-film bersuara
-mesin belajar
4. Schramm
(1977) Kerumitan media dan daya liput media -media rumit dan mahal
-media sederhana dan murah
-media massal
-media kelompok
-media individual
5. Anderson
(1976) -audio, cetak, audio-cetak
-proyeksi visual diam
-proyeksi visual diam dg audio
-visual gerak
-visual gerak dengan audio
-benda
-manusia & sumber lingkungan
-komputer
6. Gerlach & Ely
(1971) Keseluruhan yang membuat kondisi siswa memungkin-kan mendapat pengetahuan, sikap, dan pengetahuan -realthing
-verbal representation
-graphic representation
-still picture
-motion picture
-audio recording
-programming
-simulation

Selain klasifikasi tersebut, media dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan pemanfaatannya, yaitu media yang dimanfaatkan “media by utilization” dan media yang dirancang “media by design”. Media yang dimanfaatkan biasanya dibuat secara komersial, terdapat di pasaran bebas dan tinggal memilih dan memanfaatkan. Adapun media yang dirancang adalah media yang dipersiapkan dan dikembangkan sendiri oleh pengajar.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, sebenarnya dapat diketahui dan dipahami bahwa media pengajaran tidak hanya terbatas pada alat-alat audio dan visual yang dapat didengar dan dilihat melainkan sampai pada kondisi dimana para siswa dapat melakukan sendiri. Oleh karena itu secara keseluruhan model media pendidikan itu terdiri atas:
1. Bahan-bahan cetakan atau bacaan (suplemantary materials).
Berupa bahan bacaan seperti buku, majalah, bulletin, dsb.
2. Alat-alat audio-visual
– media tanpa proyeksi, misalnya papan tulis, diagram, poster, bagan, gambar,
papan tempel
– media tiga dimensi, misalnya model, benda asli, benda tiruan, boneka, contoh.
– media yang menggunakan mesin, misalnya slide, film, televisi, komputer.
3. Sumber-sumber masyarakat.
Berupa objek-objek, peninggalan sejarah, dokumentasi, masalah-masalah.
4. Kumpulan benda-benda (material collections)
Berupa benda-benda yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari, misalnya bahan kimia, darah, benih, daun, bibit, potongan kaca.
5. Contoh-contoh kelakuan yang dicontohkan oleh pengajar.
Media ini meliputi semua contoh kelakuan yang dipertunjukkan oleh guru sewaktu mengajar, misalnya peragaan-peragaan dengan tangan, kaki, gerak badan, mimik.

I. Kedudukan Media Pembelajaran
Proses belajar mengajar merupakan suatau kegiatan melaksanakan kuri-kulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol, yaitu metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menemukan taraf tercapai tidaknya tujuan pengajaran. Oleh sebab itu, kedudukan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Kedudukan media dalam proses belajar mengajar dapat ditempatkan sebagai:
1. alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat pengajar menyampaikan pelajaran.
2. alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak pengajar bisa menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.
3. sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik secara individual maupun kelompok.
4. alat untuk mempertinggi proses interaksi guru siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan sehingga mempertinggi kualitas proses belajar mengajar.

Leave a comment